YAB Tun Yusof bin Ishak |
Setiap tanggal 9 Agustus, negara tetangga kita, yaitu Republik Singapura
selalu memperingati dan merayakan hari kemerdekaannya. Singapura
menyatakan deklarasi kemerdekaannya pada tanggal 9 Agustus 1965 setelah
sebelumnya menjadi salah satu negara bagian dalam Federasi Kerajaan
Malaysia. Dalam postingan ini, saya tidak akan membahas mengenai sejarah
lahirnya Singapura, tetapi hendak mengulas sedikit mengenai sosok
Presiden Pertama 'Negeri Singa' tersebut yang ternyata merupakan
keturunan asli orang Sumatera, Indonesia.
Presiden Pertama Singapura bernama Yusof bin Ishak. Gelar lengkapnya ialah Yang Amat Berhormat Tun Yusof bin Ishak.
Beliau dilahirkan pada tanggal 12 Agustus 1910 di Padang Gajah, Trong,
Bandar (Kota) Taiping, Negara Bagian Perak, Kerajaan Malaysia. Ayah
Yusof bin Ishak berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, Indonesia, sedangkan ibunya berasal dari Langkat, Sumatera Utara, Indonesia. Kedua orangtuanya hijrah ke Pulau Penang sebelum melanjutkan ke Negeri Perak, Malaysia. Yusof bin Ishak adalah Yang Di-Pertuan Negara Singapura yang kedua sekaligus Presiden Singapura yang pertama.
Latar Belakang
Yusof bin Ishak adalah anak sulung dari sembilan bersaudara. Ayah beliau bernama Encik Ishak bin Ahmad,
yang merupakan seorang Ketua Penyuluh Perikanan Negeri-Negeri Selat dan
Persekutuan Tanah Melayu. Yusof mengenyam pendidikan dasarnya di sebuah
sekolah Melayu di Kuala Kurau, Perak, Malaysia, sebelum dipindahkan ke Malay School di Taiping. Pada tahun 1921, Yusof meneruskan pendidikannya ke King Edward VII School yang berbahasa Inggris di kota yang sama.
Pada
tahun 1923, ayah Yusof ditempatkan di Singapura. Yusof pun mengikuti
keluarganya dan melanjutkan pendidikannya di Victoria Bridge School
hingga bulan Desember 1923. Tahun 1924, Yusof dimasukkan ke sekolah
Raffles Institution, di mana beliau berhasil lulus Cambridge School Certificate tiga tahun kemudian dengan nilai sangat memuaskan, sehingga diberikan peluang untuk melanjutkan pendidikannya dalam program Queen's Scholarship.
Di
sekolah, Yusof sangat menggemari olahraga hoki, kriket, angkat berat,
dan tinju. Pada tahun 1933, Yusof menjadi juara tinju dalam kelas lightweight. Selain itu, Yusof juga aktif menjadi ketua murid dan penyunting dalam majalah sekolah Rafflesian.
Yusof Sebagai Wartawan
Setelah meninggalkan sekolah pada tahun 1929, beliau bersama dua rekannya menerbitkan majalah Sportsman,
sebuah majalah dwi-mingguan yang berisi berita-berita tentang bola.
Pada tahun 1932, Yusof menjadi anggota Warta Malaya, sebuah surat kabar
berbahasa Melayu yang terkenal saat itu. Kemahirannya sebagai seorang
wartawan mengantarkan Yusof menerima jabatan sebagai Pembantu Pengurus
dan Penanggung Jawab Suntingan walaupun hanya sebentar. Pada tahun 1938,
Yusof mengundurkan diri dari Warta Malaya, untuk selanjutnya mendirikan
Utusan Melayu Press Ltd. bersama beberapa temannya. Edisi pertama
Utusan Melayu terbit pada bula Mei 1939, dimana Yusof menjadi pengarah.
Semasa
pendudukan Jepang (1942-1945), Yusof berada di Semenanjung Malaya.
Setelah Jepang menyerah kalah kepada Sekutu, Yusof pun kembali ke
Singapura pada tanggal 3 September 1945 dan melanjutkan kembali semua
pekerjaannya di Utusan Melayu. Pada tahun 1948, Yusof berkunjung ke
Inggris sebagai anggota delegasi First Press Delegation. Pada
awal tahun 1957, beliau terbang ke Jepang untuk mengecek alat cetak
terbaru yang akan digunakan oleh Utusan Melayu. Pada bulan Mei di tahun
yang sama, Yusof bertolak ke Kuala Lumpur untuk mengikuti pembinaan
Bangunan Utusan. Saat itu, Yusof dilantik menjadi Presiden Press Club of Malaya.
Peran-Serta Yusof bin Ishak
Yusof
bin Ishak telah memegang beberapa jabatan penting dalam pemerintahan
Singapura. Dari tahun 1948 hingga 1950, Yusof mengabdikan diri pada
Komite Pengajuan Film (Film Appeal Committee). Yusof pun menjadi anggota Nature Reserves Committee selama setahun dan juga Malayan Organisation Commission. Pada bulan Juli 1959, Yusof dilantik sebagai Pengerusi Suruhanjaya Perkhidmatan Awam Singapura. Kemudian, pada tanggal 3 Juli 1965 Yusof diangkat menjadi Rektor Universitas Nasional Singapura (National University of Singapore alias NUS).
Puncak
karier Yusof bin Ishak adalah pada tanggal 3 Desember 1959, saat beliau
akhirnya dilantik menjadi Yang Di-Pertuan Negara Singapura yang
pertama. Setelah pelantikannya, Yusof bersama istrinya yang bernama Toh Puan Noor Aishah
melakukan kunjungan resmi yang pertama ke Kamboja di bulan April 1963.
Pada bulan yang sama pula, keduanya melaksanakan ibadah haji ke Kota
Makkah dengan status sebagai tamu negara Kerajaan Arab Saudi. Yusof dan
istrinya juga telah mengunjungi Sri Lanka (dahulu Ceylon) pada bulan Mei
1963.
Penghargaan, Peranan Saat Kemerdekaan Singapura, dan Wafatnya Yusof bin Ishak
Yusof bin Ishak diberikan penghargaan Darjah Kerabat Yang Amat Dihormati Kelas Pertama oleh Sultan Brunei pada bulan November 1960 dan Seri Maharaja Mangku Negara (SMN) hingga membawa gelar "Tun" dari Yang Di-Pertuan Agong Malaysia pada bulan November 1963.
Pada
tanggal 9 Agustus 1965, saat Singapura memutuskan memisahkan diri dari
Malaysia dan menjadi negara yang merdeka serta berdaulat, Yusof bin
Ishak pun dilantik sebagai Presiden Pertama Republik Singapura. Beliau
juga kembali dilantik untuk masa jabatan empat tahun pada tanggal 4
Desember 1967.
Yusof
bin Ishak meninggal dunia pada tanggal 23 November 1970 saat masih
berstatus sebagai Presiden Singapura. Jenazahnya kemudian dimakamkan di
Taman Makam Negara, Kranji, Republik Singapura. Wajah Presiden Yusof bin
Ishak lantas diabadikan di semua pecahan dalam mata uang dollar
Singapura sejak dulu hingga sekarang.
Wajah YAB Tun Yusof bin Ishak di Pecahan Uang 50 Dollar Singapura |